Limbah Bubur Kertas Untuk Papan Beton / begisting
Kertas yang dipergunakan untuk sarana tulisan ini berbahan dasar pulp, serat tebu, atau serat bambu, atau serat pohon pinus. Paper sludge atau bubur kertas berasal dari limbah pengolahan serat pulp menjadi kertas, mengandung mineral seperti kaolinite dan kalsium karbonat. Mineral tersebut berfungsi sebagai pelapis di permukaan kertas agar halus. Besar kandungannya tergantung jenis kertas, pada umumnya 5 g/m2 – 20 g/m2 (Editing, 1985). PT. Adiprima Suraprinta dari Jawa Pos Group yang berkedudukan di Legundi Gresik memproduksi kertas dari kertas bekas. Bahan baku diproses menjadi bubur kertas, selanjutnya dipilah, warna putih diproses sebagai kertas, sedangkan limbah berwarna abu-abu karena warna tinta dibuang. Jumlah limbah bubur kertas kira-kira 250 ton/hari.
Unsur-unsur yang terkandung dalam bubur kertas
disebutkan dalam Tabel 1. (Irawan B., 2006).
Tabel 1. Unsur dalam Bubur Kertas.
Nama unsur
|
Berat(gram)
|
Satuan(ppm)
|
|
Plumbum, Pb
|
0,004339
|
17,356
|
Cadmium, Cd
|
0,000219
|
0,876
|
Chromium, Cr
|
0,002138
|
8,552
|
Zinc, Zn
|
0,0126635
|
50,654
|
Mercury , Hg
|
0,000008
|
0,032
|
Phospate, PO4
|
0,00001125
|
0,045
|
sumber: PT Adiprima Supraprinta (2006)
Bubur kertas (bk) tersusun atas 60% air dan sisanya berbentuk padat (Ishimoto, 2000). Selain itu, abu bubur kertas mengandung kaolinit dan kalsium karbonat. Pembakaran pada suhu 1.223-1.373° K menghasilkan abu aluminium silikat amorf, jika bereaksi dengan alkali akan mengkristal, berubah menjadi zeolit. Zeolit sebagai bahan microporous
material yang mampu memperkuat permukaan beton dari serangan asam dengan mensubstitusikan 10% dari semen.
Pemanfaatan limbah bubur kertas selama ini hanya dipakai sebagai urugan tanah di lokasi pabrik, serta lokasi permukiman warga di sekitar pabrik di Legundi Gresik, demikian juga halnya di Wisconsin (Naik, Tarun R. dan Kraus, Rudolph N., 2007,Kortnik Joze, 2007, Garrett G. David, Principal P.G., dan Richardson G.N. & Associates, 2007) Tay, J.H. (1987) memanfaatkan limbah bubur kertas untuk bahan bangunan bata. Kemudian dari limbah sewage sludge ash untuk bahan bata telah dilakukan oleh Lin, D.F., dan Weng, C.H. (2001), selanjutnya Rouf Abdur Md. dan Hossain Delwar Md. (2006) menyatakan bahwa bata dari lumpur arsenic-iron memiliki kekuatan tekan 20-80% dari kekuatan normal yaitu 800 kg/cm2, dan berdasarkan toxicity
characteristic leaching procedure (TCLP) tes dinyatakan bahwa kandungan arsenik dalam bata tergolong belum membahayakan.
Lumpur dari kolam pengolahan limbah copper slag dan limbah lempung terowongan dapat dijadikan agregat beton yang ringan (50% dari berat normal). Kuat tekan beton dengan agregat tersebut antara 31,0 dan 38,5 N/mm2, besar konsentrasi unsur beracun masih di bawah standar World Health
Organization (Tay, J.H. Show, K.Y. dan Hong, S.Y., 2002). Kuat tekan mortar dengan bubur limbah phosphate semen dan abu terbang 95% dari kontrol (Pinarli Vedat, Karaca Gizem, Garay Salihoglu, Salihoglu Nezih Kamil, —-). Tarun R. Naik, dan Thomas S. Fribergb dan Yoon-moon Chuna (2003) mencampurkan limbah serat bubur kertas dalam campuran beton menghasilkan kuat tarik dan kuat tekan yang lebih tinggi dari beton normal.
Kemudian Wajima Takaaki, et.al.(2004) mengatakan bahwa paper sludge setelah dibakar mengandung unsur Ca dalam jumlah tinggi dalam bentuk anorthite (CaAl2Si2O8) dan gehlenite (Ca2Al2SiO7), unsur tersebut dapat meningkatkan kekuatan mekanik beton. Gallardo Ronaldo S., dan Adajar Mary Ann Q. (2006) mengungkapkan bahwa penggantian bubur kertas 5-10% memperbaiki karakteristik beton.
METODE PEMBUATAN
Perbandingan bahan papan dalam berat (kg) terdiri atas campuran untuk papan tanpa bubur kertas (papan kontrol) yaitu:
(a) 1 semen (sm) : 3 pasir (ps) : 0 limbah bubur kertas (bk) : 3 kerikil (kr) : 0,7 air. Perbandingan ini menyesuaikan komposisi papan beton yang telah diproduksi UD. Wijaya di
Driyorejo Gresik. Perbandingan berikutnya dengan penggantian sejumlah pasir oleh bubur kertas (replacement), nilai sm, kr, dan air sama dengan nilai perbandingan papan kontrol.
Penambahan bubur kertas sebagai pengganti sebagian pasir dalam campuran dilakukan dengan merendamnya dalam air lebih dahulu, selanjutnya bongkahan bubur kertas diaduk sampai butiranbutiran bergradasi sama seperti bubur, kemudian diangin-anginkan selama 3 jam, agar kondisi bubur kertas jenuh kering muka (saturated surface dryssd).
Dengan demikian diharapkan air dalam campuran sebesar 0,7 dari berat semen tidak diserap oleh butiran bubur kertas. Tahap berikutnya kerikil dan pasir yang sudah tercuci dan saturated surface dry dimasukkan ke dalam ruang campur, diikuti oleh semen dan air. Selanjutnya mesin pencampur yang digerak oleh motor listrik dijalankan selama 8 menit, sehingga adukan homogen. Penuangan beton segar ke dalam cetakan ukuran panjang 200 mm lebar 100 mm dan tebal 50 mm, kemudian didiamkan selama 24 jam.
Dimensi spesimen berukuran 200x100x50 mm3. Ada 13 jenis campuran, setiap campuran terdiri atas 11 papan beton, jadi jumlah papan keseluruhan 143 buah. Setelah papan beton dilepas dari cetakan, direndam dalam air selama 3 hari, tanpa mengukur pH air. Selanjutnya benda uji diangkat dari rendaman, diletakkan dalam ruang terlindung dari sinar matahari. Penyiraman dengan air pada papan dilakukan pada pagi dan sore hari sampai dengan umur 28 hari.
Pemeriksaan pada material limbah bubur kertas adalah berat jenis, modulus kehalusan butir, dan penyerapan air. Kemudian pengujian yang dilakukan pada papan yaitu: pengamatan ukuran (visual), penyerapan air, berat per volume, rembesan air, serta kuat lentur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat Jenis dan Modulus Kehalusan Butir Bubur Kertas
Pemeriksaan berat jenis bubur kertas dalam keadaan jenuh kering permukaan menunjukkan hasil sebesar 1,24 gram/cm3, sedangkan dalam keadaan kering oven sebesar 0,47 gram/cm3. Analisis ayakan bubur kertas yang diambil dari tempat penampungan pabrik dalam kondisi basah, menunjukkan bahwa modulus kehalusan butir sebesar 3,98. Jumlah terbanyak dari butiran tertinggal di ayakan sebesar 74,69% dari keseluruhan berat berdiameter lebih dari 19,0 mm.
Penggumpalan antar butiran bubur kertas dalam susunan ayakan terjadi karena getaran motor listrik yang menggerakkan ayakan mempengaruhi butiran-butiran pada kondisi basah saling menempel dan melekat. Kadar air rata-rata bubur kertas dari 3 bentuk spesimen 66,03%, 67,7%, dan 64,06% dari kubus a 5cm x 5cm x 5cm, kubus b 15cm x 15cm x 15cm, dan silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm (d15, t30). Penyerapan air rata-rata hingga 65,35% menandakan bahwa bubur kertas memiliki sifat menyerap air. Nilai rata-rata tersebut lebih tinggi 6,535 % dari pada kadar air bubur kertas oleh Ishimoto (2000). Salah satu penyebabnya adalah karakteristik bubur kertas yang berbeda. Atau bisa jadi sama yaitu sama-sama dihasilkan dari limbah produksi kertas yang berbahan baku kertas bekas, tetapi kandungan unsur dan besar butiran berbeda.
Pengamatan Visual Papan
Pengamatan visual papan beton 20 x 10 x 5 cm3 tanpa dan dengan bubur kertas pada umur 32 hari, menunjukkan bahwa permukaan papan rata, rusukrusuk relatif tajam dan siku, tidak retak. Permukaan papan beton dengan perbandingan berat pasir dan bubur kertas 1,25: 1,75, sampai dengan jumlah bubur kertas maksimum dan pasir minimum (0 ps:3
bubur kertas) tampak butiran bubur kertas yang timbul ke permukaan papan. Warna papan beton abu-abu, sedangkan warna lebih tua tampak pada papan beton kontrol. Ukuran papan beton menyusut pada campuran dengan 0ps:3bubur kertas yaitu 19,98×9,92×4,94cm3, meskipun dimensi menyusut tetapi tidak lebih dari 1%. Sesuai dengan Standar Industri Indonesia SII 0797-83 menyatakan bahwa toleransi panjang, lebar,dan tebal berturut-turut 5 mm, 5 mm, 1,0 mm.
Bubur kertas yang diambil dari tempat pembuangan limbah di pabrik setelah dicetak dalam silinder baja diameter 15 cm tinggi 30 cm dalam ruang terlindung matahari selama 1×24 jam, ternyata belum mampu berdiri tegak seperti layaknya silinder beton. Hal ini disebabkan kandungan air dalam massa bubur kertas dalam silinder baja masih tinggi, dan ikatan antar butiran lebih kecil dari berat butiran. Setelah 4x24jam dalam cetakan silinder,
bubur kertas berbentuk silinder dapat berdiri dengan tinggi 29,41cm. Permukaan silinder bubur kertas relatif lebih keras, kandungan air berkurang.
Pengukuran pada 3 silinder bubur kertas umur 210 hari, menunjukkan, nilai rata-rata tinggi berkurang 13,2%, diameter berkurang 6,7%, volume berkurang 24,33%, dan berat berkurang 66,895% dari semula. Posisi silinder tampak sudah tidak vertikal, ada bagian yang masuk ke dalam seperti lekuk pinggang, demikian juga permukaan alas bawah dan atas tidak rata. Selain itu bau silinder bubur kertas sangat menusuk hidung (tidak sedap). Pada beberapa bagian permukaan silinder setelah 2 x 7 hari mulai ditumbuhi jamur yang berwarna biru gelap hampir hitam.
Penyerapan Air Papan
Sumbu ordinat pada gambar di bawah sengaja diletakkan di sisi atas dengan tujuan untuk memberikan dan memudahkan dalam penilaian, sifat “dapat dipakai (menguntungkan)” jika arah kurva naik kekanan, sebaliknya tidak menguntungkan jika arah kurva turun kekanan.
Papan beton dengan campuran bubur kertas mempunyai daya resap air yang tinggi, bila dibandingkan papan beton tanpa campuran bubur kertas (kontrol). Pemeriksaan kadar air dilakukan pada umur benda uji 39 hari. Penyerapan air 5,59 % ditunjukkan oleh papan beton kontrol. Nilai penyerapan air papan beton dengan perbandingan ps dan bubur kertas 91,67%:8,33%, dan 83,33%:16,67% menjadi 1,6, dan 2,3 dari nilai kontrol. Ketiga jenis campuran papan tersebut telah memenuhi SII 0797-83, yang menyebutkan bahwa kadar air maksimal 14 %. Seterusnya nilai penyerapan air bertambah besar yaitu 2,97; 6,68; 7,23; dan 9,18 dari kontrol, pada perbandingan ps dan bubur kertas 75%:25%, 50%:50%, 25%:75%,
dan 0%:100%. Kini semakin banyak penambahan bubur kertas yang dicampurkan pada pembuatan papan beton, mempertinggi nilai penyerapan air. Kenaikan tersebut dikarenakan bubur kertas menyerap air.
Selama papan tidak dalam proses perawatan yaitu 39-28=11 hari, terjadi penguapan air yang belum terikat secara kimia dalam papan beton. Lapisan CSH yang keras terbentuk oleh ikatan semen, air, dan agregat, belum mampu melindungi seluruh butiran bubur kertas dalam kesatuan bentuk papan (Neville, 1982). Hal ini telah ditegaskan oleh Ishimoto (2000) bahwa bubur kertas terdiri atas 40% padat dan 60% air.
Papan beton yang mengandung bubur kertas memiliki berat yang relatif lebih ringan, karena massa yang porus mudah menyerap air. Air yang terikat secara fisik dalam massa bubur kertas lambat laun menguap akibat panas sekitar, sehingga terbentuk rongga. Rongga dalam massa papan membentuk kepadatan berkurang. Jika kepadatan berkurang, maka kekuatan papan juga menurun.
Dengan kata lain boleh juga dikatakan kerapatan massa relatif kecil (meskipun belum dilakukan pemeriksaan dengan alat yang sesuai). Kepadatan massa papan semakin berkurang, yang disebabkan oleh substitusi bubur kertas atas pasir yang semakin banyak, berkorelasi dengan penurunan sifat mekanik beton seperti, kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur beton (Nawy, 1986).
SIMPULAN
Butiran bubur kertas memiliki berat jenis relatif lebih ringan daripada pasir, tetapi bergradasi hampir sama dengan butiran agregat kasar. Papan berbahan butiran bubur kertas memiliki berat yang relatif ringan. Bubur kertas memiliki sifat menyerap air. Sifat ini kurang menguntungkan pada campuran papan beton, karena papan yang berbahan substitusi bubur kertas banyak sangat peka terhadap temperatur sekitar, air dalam papan mudah menguap. Air yang diperlukan oleh semen untuk bereaksi membentuk kalsium silikat hidrat bisa jadi berkurang, sehingga sifat keras terkurangi (Neville, 1982; Besari, 2007).
Papan beton dengan perbandingan berat pasir dan bubur kertas 2,75:1,25 dan 2,5:1,5 memenuhi SII 0797-83, karena kadar air papan maksimal adalah 14 %. Tetapi berdasarkan nilai kerapatan dan kuat lentur, maka tidak satupun papan beton dengan bubur kertas sebagai bahan pengganti pasir yang memenuhi standar SII 0797-83. Material bubur kertas memiliki sifat kembang susut yang relatif tinggi daripada bahan beton seperti pasir dan kerikil. Sifat kembang dan susut yang tinggi pada massa komposit sepe rti papan beton dengan penggantian pasir oleh sejumlah bubur kertas memicu timbulnya retak. Pemakaian bubur kertas dalam papan berbahan beton diperlukan bahan lain untuk melindungi permukaan papan, agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan.