Narasi Pengamatan Taman Seoraksan

MAKRO

Republik Korea atau biasa dikenal sebagai Korea Selatan atau Korsel adalah sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara, Republik Korea berbataskan Korea Utara, di mana keduanya bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Laut Kuning di sebelah barat, Jepang berada di seberang Laut Jepang dan Selat Korea berada di bagian tenggara. Negara ini dikenal dengan nama Hanguk oleh penduduk Korea Selatan dan disebut Namchosŏn di Korea Utara. Ibu kota Korea Selatan adalah Seoul.

Penemuan arkeologis menunjukkan bahwa  Semenanjung Korea telah didiami sejak Masa Paleolitik Awal. Sejarah Korea dimulai dari pembentukan Gojoseon pada 2333 SM. oleh Dan-gun. Setelah unifikasi Tiga Kerajaan Korea dibawah Silla pada 668 M, Korea menjadi satu di bawah Dinasti Goryeo dan Dinasti Joseon hingga akhir Kekaisaran Han Raya pada 1910 karena dianeksasi oleh Jepang. Setelah liberalisasi dan pendudukan oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pada akhir Perang Dunia II, Wilayah Korea akhirnya dibagi menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.

 

Ibukota
(dan kota terbesar)
Seoul
37°33′LU 126°58′BT
Luas
 – Total 100.210 km2
 – Perairan (%) 0,3
Penduduk
 – Perkiraan 2015 51.448.183
 – Kepadatan 503/km2

 

Kehidupan

Masyarakat tradisional Korea memilih tempat tinggal berdasarkan geomansi. Orang Korea meyakini bahwa beberapa bentuk topografi atau suatu tempat memiliki energi baik dan buruk (dalam konsep eum dan yang) yang harus diseimbangkan. Geomansi memengaruhi bentuk bangunan, arah, serta bahan-bahan yang digunakan untuk membangunnya.

Rumah menurut kepercayaan mereka harus dibangun berlawanan dengan gunung dan menghadap selatan untuk menerima sebanyak mungkin cahaya matahari. Cara ini masih sering dijumpai dalam kehidupan modern saat ini.

Rumah tradisional Korea (biasanya rumah bangsawan atau orang kaya) menjadi bagian dalam (anchae), bagian untuk pria (sarangchae), ruang belajar (sarangbang) dan ruang pelayan (haengrangbang). Besar rumah dipengaruhi oleh kekayaan suatu keluarga.

Rumah-rumah ini memiliki penghangat bawah tanah yang disebut ondol yang berfungsi saat musim dingin.

Pakaian

Pakaian tradisional Korea disebut Hanbok (Korea Utara menyebut Choson-ot). Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima).

Orang Korea berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian merupakan hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli golongan rakyat bawah yang hidup miskin.

Dahulu, Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara kematian.

Saat ini hanbok tidak lagi dipakai dalam kegiatan sehari-hari, namun pada saat-saat tertentu masih digunakan.

Seni

Keramik adalah bentuk seni populer di masa Dinasti Joseon. Contoh keramik termasuk porselen putih atau porselen putih yang dihiasi dengan kobalt, tembaga merah underglaze, biru underglaze dan besi underglaze. Keramik dari periode Joseon berbeda dari periode lain karena seniman merasa bahwa setiap karya seni layak memiliki kepribadian unik yang dibudidayakan

SEORAKSAN

Gunung Seorak ditetapkan sebagai cagar alam pada tanggal 5 November 1965 dan sebagai taman nasional yang ke-5 Korea pada tahun 1970.

Luas Taman Nasional Gunung Seorak adalah 398,539 km², Dengan ketinggian sekitar 1.700 mdpl, Seoraksan menjadi salah satu gunung tertinggi di Korea.terbentang di beberapa wilayah kabupaten dan kota seperti Kabupaten Inje, Goseong, Yangyang dan Kota Sokcho. Seorak Dalam (Naeseorak) terletak di Inje, sementara kawasan Seorak Luar (Oeseorak) terletak di wilayah Sokcho, Yangyang, dan Goseong.

Pada tahun 1982, Gunung Seorak ditetapkan sebagai Distrik Pelestarian Biosfer (Biosphere Preservation District) oleh UNESCO. IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengakui kawasan ini penting sebagai perlindungan bagi keanekaragaman hayati..

Seoraksan National Park dapat dicapai sekitar tiga jam dari kota Seoul dengan menggunakan bus.
Tebing-tebingnya yang berwarna pucat nampak seperti salju abadi. Itulah sebabnya gunung ini dinamakan Seorak, Seor berarti salju dan ak berarti gunung besar. Kawasan ini menjadi salah satu tujuan wisata alam favorit keluarga.

Dari ketinggian 1.200 mdpl ini, pengunjung dapat menyaksikan keindahan hamparan hutan, bukit dan tebing-tebing batu di sekitarnya. Di kejauhan, tampak Laut Jepang dan Kota Sokcho. Cheonbuldong Valley yang dipenuhi batu-batu putih tampak berkelok-kelok membelah kawasan Seoraksan.

GWONGEUMSEONG FORTESS

Gwongeumseong fortress adalah situs reruntuhan kastil yang berada di seoraksan mountain, yang juga dikenal sebagai mt. onggeumsan castle, atau toto castle (ada di kaki gunung dolsan di wilayah seoraksan sogongwon). Tempat ini dipercaya dibangun oleh raja ke-23 kerajaan goryeo, periode 918-1392. Gwongeumseong juga disebut kerajaan gwon-kim, yang sejarahnya terdapat 2 jenderal yang bernama gwon dan kim, yang membangun kastil  untuk menghindari perang. Di sisi kiri sogongwon,setelah jembatan biryonggyo di atas jurang, terdapat sebuah jalan menuju kastil gwongeumseong, tetapi membutuhkan waktu lebih dari 1 jam perjalanan melewati jalanan yang curam, jalanan berbatu (2.5 km), sehingga membutuhkan cable car. Cable car di bangun oleh dr. Gi-sup Lee pada tahun 1971 dan masih digunakan oleh banyak turis. Cable car beroperasi mulai pukul 7-6/6.30 pm, dating setiap 7 menit, dan tiket bias dibeli di tiket counter.

Gwongeumseong memliki ketinggian 1.200 mdpl. Gwongeumseong memiliki keindahan hamparan hutan, bukit, bukit dan tebing-tebing batu disekitarnya. Di kejauhan, tampak laut Jepang dan kota Sockho. Cheonbuldong valley yang dipenuhi batu-batu putih tampak berkelok membelah kawasan seoraksan.

Puncak gunung batu gwongeumseong memiliki ketinggian 1200 mdpl. Disana kita dapat melihat keindahan hamparan hutan, bukit dan tebing-tebing batu disekitarnya. Sebagian tebing berwarna pucat dan daun daunnya mulai berwarna merah dan kuning saat autumn season. Bebatuan besar yang ada disini cukup licin, dan tidak ada pagar pembatasnya.

MIKRO

Sebelum masuk the greath budha terdapat 2 gapura yang jaraknya antara gapura 1 dengan gapura 2 yaitu 70 m. Gapura tersebut dibuat dengan teknik dacheong yaitu teknik mendekorasi dengan melukis pola-pola yang cukup rumit, untuk membuat bangunan tampak mewah. Warna yang digunakan biasanya merah,hijau,biru ,hitam dan kuning. Dengan tinggi gapura 6 m

Terdapat Pohon sakura sebagai peneduh dan batu sebagai batas pinggir jalan. Dengan lebar jalan 4 m.

Tidak jauh dari gapura 2 terdapat taman yang berada di sebelah kiri. Dengan pavingblok sebagai perkerasan dari sirkulasi dan batu sebagai pembatas anatara sirkulasi dan taman. Selain itu terdapat juga rumput dan pohon yang   menambah keindahan taman tersebut.

Di taman tersebut terdapat patung beruang yang menjadi hewan yang dimuliakan oleh masyarakat korea yang menceritakan tentang Hwanung yang merupakan anak putra dari Tuhan Langit, Hwanin, turun ke bumi untuk baik memimpin dunia bersama Tuhan Angin, Tuhan Awan, dan Tuhan Hujan, kemudian membangun ‘kota Tuhan’ di gunung Taebaek (yang sekarang ditempati Gunung Myohang di Korea Utara).

Sementara itu, beruang dan harimau berdoa menjadi manusia kepada Hangwung, hingga mendapat jawaban bahwa mereka harus makan mugwort dan bawang putih dan tidak melihat sinar matahari selama 100 hari untuk menjadi manusia. Harimau gagal mengi kutinya, sedangkan beruang sanggup melakukannya, hingga sukses menjadi wanita, yakni Ungnyeo.

Ungnyeo berharap melahirkan anak, maka Hwangung menikah dengan Ungnyeo ini, hingga melahirkan anak laki-laki, bernama ‘Dangun’. Dangun Wanggom membangun negara bernama ‘Chosun’ dan menentukan Pyeongyangsung sebagai ibu kota.

Dangun memimpin negara itu selama 1500 tahun, dan hidup selama 1908 tahun, kemudian menjadi Tuhan Gunung.

 

PATUNG BUDHA

Di the greath budha, posisi the greath budha ada di tengah kawasan seoraksan dan di depannya terdapat sculpture di sisi kanan dan kiri. Jarak antara gapura 2 dengan the greath budha yaitu… m.

Di kaki pelataran patung terdapat deretan lempengan serupa genteng berwarna hitam. Pada lempengan-lempengan ini tampak tulisan putih dalam aksara Hangeul yang merupakan permohonan-permohonan dan harapan-harapan yang ditulis oleh para wisatawan.

Patung budha setinggi 14,6-meter/48-kaki, terbuat dari 108 ton emas-perunggu ini disebut “Tongil Daebul”, dengan posisi duduk berada di atas sebuah alas setinggi  4.3-meter/15-kaki, dari bahan yang sama, total tinggi 18.9 meter/62 kaki, tidak termasuk penangkal petir dan nimbus.

 

Tongil Daebul duduk dengan kaki disilangkan dan mata setengah- tertutup di meditasi, bibirnya menampilkan senyum mencolok. Jubah mengalir dengan

lembut lipatan, mengungkapkan bahu kanan, tirai tubuh kuat Buddha. Tangan Tongil

Daebul diposisikan di mudra melambangkan yang “tercerahkan satu.”

Patung ini mewakili keinginan rakyat Korea untuk penyatuan negara tersebut.

 

Tidak jauh dari the greath budha terdapat 2 jempatan dengan dengan masing-masing panjang 570 m & lebar 2 m. Disitu kita dapat melihat batu-batu besar yang terdapat di sungai & tepi sungai. Pada jempatan 1 terdapat resto yang berada di sebelah kanan jalan. Dari jempatan 1 menuju kuil sinheungsa itu 165 m. Dengan lebar jalan 2 m.

 

 

SINHEUNGSA
Kuil-kuil memiliki dinding pemisah setinggi 3 m dengan meilik atap pada pintu masuknya. Di dalam kuil terdapat 16 bangunan. Dijalan menuju kuil terdapat soft material yang sebagian besar menggunakan pohon pohon perdu dan juga tumpukan batu yang tersusun dengan rapih dimulai dari yang besar hingga kecil secara bertumpuk sampai 3 batu keatas, yang kemudian disusun secara berjajar mengikuti jalan menuju kuil yang bermulai dari restoran dekat jembatan.

Kuil memiliki gerbang dinding pemisah setinggi 3 m dengan meilik atap pada pintu masuknya. Di dalam kuil terdapat 16 bangunan.

Selain menawarkan alam yang indah, sejak lama Seoraksan juga menjadi salah satu pusat peribadatan Buddha. Di sini berdiri Sinheungsa Temple, kompleks kuil tua Buddha yang dibangun pertama kali sekitar abad ke-7. Singheungsa berjarak 10 menit perjalanan dari pintu masuk sogongwon. Sinheungsa adalah candi yang biasa disebut hyangseongsa, dibangun oleh jajangyulsa, yang telah menjelajahi pegunungan terkenal yang ada di queen jindeok selama 6 tahun ia berkuasa.

Dalam perjalanan menuju sinheungsa, terdapat patung perunggu besar yang disebut bronze jwabul statue, yang memiliki tinggi lebih dari 10 meter. Didekat patung, yaitu didekat teras granit terdapat jembatan yang disebut hyeon sugyo, yang baru saja dibangun untuk melintasi jurang. Setelah jembatan terdapat tembok batu panjang dengan pintu cheongwang yang merupakan pintu masuk candi. Di pintu masuk terdapat empat patung raja cheongwang (jiguk memegang pedang, damun chenwang memegang gitar tradisional (lute), gwangmok cheongwang dengan menara, dan jeungjang cheonwang dengan naga), ditempatkan dikedua sisi pintu. Patung budha yang ada di sinheungsa ditempatkan disini selama founding day seongjeongsa, dan termasuk patung mireukbosal, gwaneumbosal dan seji yang buat oleh uisang daesa. Bangunan-bangunan yang dibangun selama waktu tersebut masih berdiri, seperti tempat penimpanan, candi utama, myeongbujeon, bojaeru, dan chilseonggak, etc. Disana juga terdapat property budaya, petualangan no.443 yang disebut “hyangseongsaji, sebuah 3 cerita menara batu”.

Ulsan boulder juga bisa dicapai dengan mengikuti dinding diluar sinheungsa. Sinheungsa merupakan candi kuno yang sangat bersejarah,  dan banyak turis yang datang karena keindahannya.

Arsitektur bangunan kuil tampak indah, selaras dengan alam di sekitarnya, yang berbukit-bukit hijau. Bagian atas atap bangunan yang ada di sini didominasi warna biru. Sedangkan konstruksi bangunan banyak menggunakan warna merah kecoklatan.

Ukiran detail berwarna-warni yang terpahat pada konstruksi atap kayu dan pilar-pilarnya, menambah keindahan bangunan tradisional klasik khas Korea ini

CABLE CAR

Cara terbaik untuk melihat gunung seoraksan jika memiliki waktu terbatas, adalah dengan menggunakan seorak cable car. Bagaimanapun, cbale car sangat terkenal sehingga harus mengantri paling lama 2-3 jam selama musim liburan (liburan musim panas dan fall foliage season) dan selama akhir pekan diluar musim liburan, pengunjung bias melihat tatanan batu yang mengagumkan di wilayah gwongeumseong yang juga di wilayah sogongwon, jeohangyeong, dan batu ulsanbawi di utara. Di bagian timur laut, kita bias melihat kota sokcho dan laut timur.

Setelah keluar dari cable car, pengunjung bisa mendaki gwongeumseong  selama 20-30 menit supaya bisa melihat oe-serok dari atas. Cable car melaju cukup cepat namun pemandangan sekitar masih bisa dinikmati. Keselamatan tetap terjamin dan oemandangan bisa dinikmati serta diiringi oleh panduan tour guide. Cable car tetap berjalan meskipun sedang hujan ataupun bersalju, tetapi operasi bisa tertunda dibawah cuaca berangin.

By Vandi Adi Nugraha

Konservasi Arsitektur Casa Milà, Spanyol

Sejarah

Casa Mila dikenal sebagai La Pedrera adalah sebuah bangunan modernis di Barcelona, Catalonia, Spanyol. Itu adalah pekerjaan sipil terakhir yang dirancang oleh arsitek Catalan Antoni Gaudi, yang dibangun antara tahun 1906 dan 1910. Bangunan ini ditugaskan pada tahun 1906 oleh pengusaha Pere Mila i Camps dan istrinya Roser Segimon i Artells. Pada saat itu, bangunan ini menjadi kontroversial karena fasad batu bergelombang dan memutar tempa balkon besi dan jendela yang dirancang oleh Josep Maria Jujol.


(followtheflammias.com)

Konstruksi Casa Mila mengalami banyak penundaan karena bangunan melebihi tinggi dan lebar yang ditetapkan oleh standar lokal. Yang mengakibatkan beberapa denda bagi Sir Milà. Guadi meninggalkan karya pada tahun 1909 karena perbedaan pendapat dengan Mila pada dekorasi interior.

Sepanjang tahun La Pedrera telah mengalami beberapa transformasi sampai diakuisisi oleh Caixa Catalunya pada tahun 1986. Caixa Catalunya telah melakukan konservasi dan restorasi bekerja antara tahun 1987 dan 1996. Secara arsitektural hal tersebut dianggap struktur yang inovatif, dengan batu yang dapat berdiri sendiri dan kolom pada bagian depan, dan lantai bebas dari dinding bantalan beban.  Juga garasi bawah tanah yang inovatif.

Pada tahun 1984 bangunan ini dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Saat ini, Casa Mila adalah markas besar Fundació-Catalunya La Pedrera, yang mengelola pameran, kegiatan dan kunjungan masyarakat di Casa Mila.

Saat ini Casa Mila adalah markas Catalunya-La Pedrera Foundation dan memiliki sebuah pusat budaya yang merupakan titik acuan di Barcelona untuk berbagai kegiatan dan ruang yang berbeda untuk pameran dan penggunaan publik lainnya.

Casa Mila saat ini adalah mercusuar yang bersinar dengan kreasi dan pengetahuan, wadah besar yang penuh dengan konten, yang memiliki peran penting dalam transformasi masyarakat dan komitmen kepada rakyat.

Arsitektur

Casa Mila adalah hasil dari dua bangunan, yang disusun sekitar dua halaman yang memberikan cahaya untuk sembilan tingkat: basement, lantai dasar, mezzanine, utama (atau mulia) lantai, empat lantai atas, dan loteng. Ruang bawah tanah dimaksudkan untuk menjadi garasi, lantai utama kediaman Mila (flat dari semua 1.323 m2), dan sisanya didistribusikan lebih dari 20 rumah untuk disewakan. Tata letak yang dihasilkan berbentuk seperti asimetris “8” karena bentuk yang berbeda dan ukuran halaman. Loteng bertempat daerah binatu dan pengeringan, membentuk ruang isolasi untuk bangunan dan sekaligus menentukan tingkat atap.

Salah satu bagian yang paling penting dari bangunan atap, dimahkotai dengan skylight, keluar tangga, kipas angin, dan cerobong asap. Semua elemen ini, dibangun dengan rebana dilapisi dengan kapur, patah marmer atau kaca, memiliki fungsi arsitektur tertentu. Namun demikian, mereka telah menjadi patung nyata terintegrasi ke dalam gedung.

(mariaoddylia.wordpress.com)

Bangunan adalah entitas yang unik, di mana bentuk eksterior terus interior. Apartemen memiliki langit-langit dengan relief plester dinamisme besar, buatan pintu kayu, jendela, dan perabotan, dan desain trotoar hidrolik dan elemen hias yang berbeda.

(commons.wikimedia.org)

Gaudí ingin orang-orang yang tinggal di flat ke semua mengenal satu sama lain. Oleh karena itu hanya ada lift di setiap lantai sehingga orang harus berkomunikasi dengan satu sama lain di lantai yang berbeda.

Fasad terdiri dari blok besar batu kapur dari Garraf Massif ke lantai pertama dari tambang Villefranche ke tingkat yang lebih tinggi. Blok dipotong untuk mengikuti plot dari proyeksi model, kemudian diangkat ke lokasi pada hanya disesuaikan untuk menyelaraskan mereka dalam tekstur lengkung terus menerus untuk potongan sekitar mereka.

Dilihat dari luar tiga bagian: bagian utama dari blok enam lantai dengan berkelok-kelok batu lantai lantai kedua dari blok kembali dengan perubahan kecepatan gelombang mirip dengan gelombang, dengan tekstur yang lebih halus dan putih, dengan lubang kecil yang tampaknya kapal perang, dan akhirnya tubuh atap.

Fasad asli dari Gaudí pergi beberapa bar lokal di lantai bawah. Pada tahun 1928, penjahit Mosella membuka toko pertama di La Pedrera, dia bekerja dan menghilangkan bar. Ini tidak menyangkut siapa pun, karena di tengah-tengah abad kedua puluh, besi bengkok memiliki sedikit penting. Besi itu hilang sampai beberapa tahun kemudian, ketika Amerika menyumbangkan satu dari mereka ke MoMa, di mana itu adalah pada layar.

Dalam inisiatif restorasi diluncurkan pada tahun 1987, fasad mereka bergabung dia beberapa buah batu yang jatuh. Dalam rangka untuk menghormati kesetiaan yang asli, bahan diperoleh dari Quarry Villefranche, meskipun itu tidak lagi beroperasi.

Pada 24 Juli 1969 karya Gaudí menerima pengakuan resmi sebagai Monumen historis-artistik. Itu adalah langkah pertama untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. [Rujukan?] Casa Mila dalam kondisi yang buruk pada awal tahun 1980. Itu telah dicat coklat suram dan banyak skema warna interior telah ditinggalkan atau diizinkan untuk memburuk, tetapi telah dipulihkan sejak dan banyak dari warna aslinya dihidupkan kembali. [Rujukan?]

Pada tahun 1984 itu bernama bagian dari Situs Warisan Dunia meliputi beberapa karya Gaudí. Pertama Dewan Kota mencoba untuk menyewa lantai utama untuk menginstal kantor untuk tawaran Olimpiade 1992. Akhirnya, sehari sebelum Natal 1986, Caixa de Catalunya membeli La Pedrera untuk 900 juta peseta. [Rujukan?] Pada tanggal 19 Februari 1987, sangat dibutuhkan pekerjaan dimulai pada pemulihan dan pembersihan façade. Pekerjaan itu dilakukan oleh arsitek Joseph Emilio Hernández-Cross dan Rafael Vila. [rujukan?] Pada tahun 1990, sebagai bagian dari Olimpiade Budaya, lantai utama direnovasi dari pameran Milan Golden Square didedikasikan untuk arsitektur modern di pusat Eixample dibuka.

Sumber:

http://www.barcelona-travel-tips.com/casa_mila.html

https://www.lapedrera.com/en/what-is-casa-mila

http://en.wikipedia.org/wiki/Casa_Mil%C3%A0

By Vandi Adi Nugraha

KONSERVASI CHINATOWN SINGAPURA

Masa Awal Konservasi di Singapura

Konservasi Chinatown Singapura diprakarsai oleh URA (Urban Redevelopment Authority). Singapura merupa kan negara yang ketat dalam menerapkan aturan konservasi. Hal ini dikarenakan Si ngapura pernah melakukan kesalahan yaitu menghancurkan sebagian bangunan-bangunan bersejarahnya karena lingkungan tersebut d ianggap kumuh. Bangunan-bangunan lama te rsebut didemolisi dengan tujuan ekstensifikasi lahan yang akan digunakan untuk membangun permukiman baru. Hal ini disebabkan karena pada tahun 1960 Singapura sedang me ngalami masalah besar dengan kebutuhan hun ian yang tinggi, kepadatan penduduk menin gkat sedangkan lahan yang terbatas. Barulah pada tahun 1970

Prinsip dasar yang diterapkan konservasi di Singapura adalah adalah 3R : maximum Retention, sensitive Rest oration, careful Repair. Quality of Restorati on yang dimaksud adalah lebih dari sekedar menjaga keaslian fasad bangunan dan fisik kulit bangunan, tetapi juga mempertahankan keaslian suasana bangunan tersebut. Untuk dapat memahami hal ini maka kita perlau melakukan telaah mengenai sejarah kawasan serta nilai budaya yang dimiliki oleh kawasan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Elemen arsituktural berperan dalam membentuk townscape lingkungan atau dalam hal ini keberagaman dan variasi visual lingkungan.. Elemen bangunan yang menjadi perhatian konservasi di Singapura adalah :

 

  1. Atap

 

  1. Dinding bangunan
  2. Struktur
  3. Airwells
  4. Rear Court

 

  1. Daun Jendela

 

  1. Railing tangga
  2. Fasad Bangunan

 

Setiap detail arsitektural tersebut tidak boleh ada yang berubah. Kalaupun berubah maka hanya strukturnya saja yang boleh berubah. Detail arsitektural dalam hal ini termasuk tekstur, warna, bentuk hingga papan nama. Semua hal itu diatur oleh URA dalam conservation guidelines. Sedangkan benda-benda utilitras seperti air conditioner dan fan tidak boleh diletakkan pada muka bangunan cukup hanya dibelakang saja atau pada jalur servis.

 

Selain elemen arsitekturalnya, fungsi bangunan juga harus sama seperti aslinya, karena perubahan fungsi dapat mempengaruhi pula fasad bangunan tersebut. Menurut guidelines yang dikeluarkan oleh URA, fungsi asli bangunan (misal residensial atau komersial) selalu lebih baik.

 

Pada masa awal konservasi, bagian yang menjadi sample adalah Neil Road yang berlokasi di Tanjong Pagar. Revitalisasi yang diupayakan bermula dari restorasi bangunan shophouse yang telah rusak. Restorasi tersebut meliputi elemen fisik luar bangunan yakni atap, dinding, railing pagar dan pilar. Upaya restorasi tersebut diusahakan benar-benar untuk sama seperti keadaan aslinya.

 

Setelah merestorasi bangunan-bangunan yang telah hancur barulah URA menerapkan penetrasi fungsi pada kawasan dengan harapan hal tersebut dapat menjadi generator kehidupan Chinatown.

 

Strategi pengembangan Chinatown sebagai Daerah Tujuan Wisata dan Kawasan yang Multi-fungsi

 

Pengembangan distrik dan upaya place making Chinatown merupakan manifestasi kepemilikan properti. Partisipasi sosial dalam rangka memperbaiki citra kawasan hanyalah

sebagai prosedur dalam proses perencanaan saja. Sebaik apapun usaha untuk menciptakan struktur sosial, menerapkan prinsip perancangan kota yang baik (fungsi campuran, konservasi kawasan bersejarah, streetblock) namun jika pihak pengembang tidak mampu membuat strategi dan mengelola kawasan dengan baik maka sama saja dengan kegagalan. (Zhu, 2007)

 

Hal ini erat kaitannya dengan siapa stakeholder yang dominan, yaitu pemerintah. Pemerintahan Singapura merupakan pemerintahan top down di mana pemerintahlah yang memegang semua peranan pengaturan negara termasuk dalam penataan kota. Dengan adanya kendali utama pada pemerintahan maka masalah-masalah seperti akuisisi lahan, kontrol konservasi lingkungan dan fungsi-fungsi yang bisa dipenetrasikan pada lingkungan bisa diawasi secara penuh dan lingkungan terbangun bisa tetap dalam keadaan yang baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lahan yang diakuisisi oleh pemerintah untuk dikelola Sumber : Place remaking under property rights regimes

 

 

Ketika Singapura diberi kemerdekaan pada tahun 1965, pemerintah memegang kendali pada pengadaan public housing dan pengelolaan properti. Dengan adanya

 

Acquisition Land Act (1966) maka untuk kepentingan publik pemerintah mengakuisisi sejumlah lahan yang pada lahan tersebut akan dibangun fasilitas hunian bagi publik maupun komersial. Undang-undang tersebut mengatur apa saja yang berhak diakuisisi oleh pemerintah untuk tujuan pemenuhan kebutuhan publik dan komersial.

To ensure development, landlords were given up to one year from the day of gazette to submit to the authorities plans for redevelopment and up to three years to beginwork on approved plans. They were given six months to notify the authorities of their inability to redevelop. Any landlord failing to comply with these provisions faced the possibility of having his property acquired by the state” (URA, 1989, page 13).

 

Peraturan tersebut mengindikasikan adanya kontrol yang ketat terhadap pengelolaan distrik bersejarah sebagai daerah konservasi. Kemudian untuk bagian distrik yang sangat kental nuansa lokalitasnya oleh URA dijadikan sebagai inti dari distrik tersebut.

 

Upaya konservasi juga bertujuan untuk mendukung pariwisata di Singapura. Dalam hal ini lembaga yang memiliki kewenangan mengelola adalah Singapore Tourism Board. Semangat tourisme yang ingin dibangun adalah membangun kembali Chinatown dengan memasukkan fungsi-fungsi baru. Selain upaya konservasi lingkungan dan arsitekturalnya STB juga menyajikan skenario kesenian dan budaya sebagai festival dan pertunjukan.

 

yang telah ditetapkan oleh URA. Pengembangan tersebut dilakukan secara 3 tahun dengan harapan akan dapat meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata.

 

 

 

Skenario pariwisata tersebut antara lain :

 

 

  • Menjadikan distrik tersebut sebagai lokasi pusat-pusat budaya dan kesenian.
  • Adanya jalan-jalan yang bertema

 

  • Membangun estetika lingkungan, pencahayaan dan landscaping sehingga lingkungan menjadi atraktif untuk dikunjungi turis.

 

  • Selain itu terdapat pula festival-festival yang dijadwalkan setiap musimnya. Festival ini diskenariokan sebagai upaya menghidupkan kultur lokal sebagai identitas budaya kawasan juga untuk mengidupkan public space di Chinatown.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Area yang diberi status konservasi

 

Sumber : Place remaking under property rights regimes: a case study of Niucheshui, Singapore, 2007

 

Selain itu STB juga menyajikan zona-zona yang tematis pada distrik tersebut. Konsep itu kemudian didukung pula oleh penyediaan sarana fisik pedestrian, lampu-lampu, street furniture dan lain-lain sehingga suasana Chinatown terbangun. Hal ini tentu juga tetap harus sejalan dengan Guidelines

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Titik-titik sentra komunitas

 

Sumber : Place remaking under property rights regimes: a case study of Niucheshui, Singapore, 2007

 

Akses dan sarana transportasi publik (MRT) merupakan faktor pendukung agar orang menjadi mudah mencapai kawasan. Stasiun MRT terdapat pada Kreta Ayer. Selain itu distrik ini juga dilalui oleh jalan besar yaitu New Bridge Road yang menghubungkan distrik dengan tempat lainnya.

Kegiatan pariwisata saja tidak cukup untuk menghidupkan kawasan. Agar tercipta kawasan yang memiliki keberlanjutan aktivitas maka URA juga membuat pengembangan perumahan pada distrik tersebut. Penetrasi fungsi hunian paling banyak diterapkan pada Kreta Ayer. Dengan hal ini maka distrik tersebut merupakan distrik bersejarah yang memiliki fungsi campuran dan mengalami pergeseran dari fungsi aslinya dari fungsi hunian sekaligus komersial menjadi fungsi campuran.

 

Selain melakukan pengelolaan fungsi dengan baik, STB juga mengangkat isu keberagaman etnik sebagai daya tarik pariwisata. Masalah sosial dan etnis sesungguhnya merupakan isu sensitif di Singapura. Singapura memiliki 3 etnis dominan antara lain etnis Tionghoa (76,8%) Melayu (13,9) India (7,9%) dan lain-lain (1,4%) (Zhu, 1996). Dengan dominannya etnis Tionghoa (atau dalam hal ini Peranakan, campuran antara China dengan Melayu) maka timbul semacam kekhawatiran bagaimana jika etnis tersebut menjadi identitas utama pada negara. Maka strategi STB disini adalah mengangkat isu keberagaman etnis sebagai kekayaan dan modal bagi pariwisata, yaitu dengan mempresevarsi bangunan yang memiliki kekayaan langgam serta menghidupkan nilai-nilai kultural untuk identitas masing-masing kawasan (dalam hal ini khususnya etnis China / Tionghoa) untuk menunjukkan bahwa setiap etnis hidup dalam keberagaman dan harmonis.

 

Strategi yang diterapkan oleh STB tersebut berhasil dengan bukti bahwa setiap kawasan konservasi, termasuk Chinatown dalam hal ini, menjadi ramai sebagai daerah destinasi wisata. Dari studi yang pernah dilakukan, wisatawan datang ke Chinatown adalah untuk menikmati atmosfer yang berbeda yaitu melalui momen-momen budaya serta kekayaan arsitektural di tempat tersebut (Zhu, 1996).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hasil penggalian data dengan responden mengenai apa alasan orang datang ke Distrik Chinatown

 

Dengan preservasi sosial, kultural dan juga lingkungan fisik yang mengangkat lokalitas, orang dapat menikmati suasana yang berbeda. Ketiga hal tersebut membentuk identitas yang kuat pada distrik atau dalam hal ini adalah membentuk genious loci pada kawasan. Genious loci membangun sense of place dan ikatan emosional bagi manusia untuk merasakan suatu tempat sebagai bagian dari dirinya (Cullen, 1961). Sense of place merupakan alasan bagi orang untuk selalu datang dan menikmati tempat.

 

Dapat disimpulkan bahwa lima pendekatan utama pengembangan Chinatown adalah :

 

  1. Pengelolaan properti melalui political will pemerintah

 

  1. Nilai kesejarahan dan budaya yang diangkat

 

  1. Kelayakan pasar (market feasibility),

 

  1. Kekayaan dan nilai arsitektural

 

  1. Penataan lansekap

 

Untuk melaksanakan lima pendekatan tersebut maka STB sebagai pemilik skenario pengembangan pariwisata harus bekerja sama dengan badan pemerintah lainnya dan sektor

swasta (developer). Kerjasama itu antara lain melibatkan badan-badan tersebut untuk merencanakan bersama. Antara lain :

 

  1. Urban Redevelopment Authority,
  2. Land Transport Authority,
  3. National Parks Board,

 

  1. Land Office,
  2. Public Works Department,
  3. National Heritage Board
  4. Trade & Industry, Law, Information

 

  1. The Arts Environment Ministries. Alasan kerjasama adalah untuk

 

mengkonservasi distrik dan menjadikannya sebagai daerah tujuan wisata membutuhkan banyak infrastruktur dan melibatkan banyak pihak. Maka dalam hal ini juga terdapat kerjasama antara sektor publik dengan privat namun kendali utama tetap saja pemerintah.

 

IV.3. Pembangunan Struktur Sosial dalam Revitalisasi Chinatown Singapura

 

Upaya revitalisasi selain membangun kembali lingkungan fisik yang mengalami penurunan kualitas fungsi, memasukkan fungsi-fungsi baru yang menjadi generator kehidupan kawasan, juga merupakan upaya untuk menghidupkan kembali kehidupan sosial yang berada pada kawasan tersebut. Kehidupan sosial yang berkelanjutan amat penting peranannya dalam menjaga kesinambungan kehidupan dalam sebuah kawasan, karena masyarakatlah yang akan menjalankan peran sebagai subjek pada kawasan tersebut.

 

Sesungguhnya ketika fungsi komersial dan hunian telah dimasukkan dan terjalin interaksi sosial antara masyarakat dari tiap-tiap fungsi maka berarti kehidupan sosial telah terbentuk. Namun pada konteks Revitalisasi Chinatown Singapura sebagai distrik bersejarah hal ini memiliki nilai yang berbeda. Sebagai distrik dengan latar belakang kehidupan etnis Tionghoa, Chinatown Singapura tidak lagi memiliki orisinalitas dari segi kehidupan sosialnya (Widodo, 2009). Hal ini disebabkan karena pada masa pasca Perang Dunia kedua, Chinatown telah ditinggalkan oleh sebagian besar penghuni aslinya.

 

Faktor lainnya yang menjadi penyebab adalah dalam upaya konservasi tersebut pemerintah mengakuisisi lahan pada distrik sehingga hak milik pada lahan adalah pada pemerintah, bukan lagi individu. Dan dalam segi regulasi singapura, pemerintah berhak untuk mengakuisisi sebuah lahan jika ada tujuan untuk kepentingan publik atau negara. Dan mengingat motif revitalisasi kawasan adalah untuk mendongkrak pariwisata Singapura karena pariwisata merupakan sumber pemasukan keuangan negara. Hal ini menyebabkan pemerintah bebas untuk melakukan perombakan secara total pada kawasan, ibaratnya adalah mencuci bersih-bersih kawasan tersebut lalu kemudian membangun dan mengisinya dengan yang baru secara total juga. Sehingga hal lama yang tersisa hanyalah fisik arsitekturalnya saja. (Widodo, 2009)

 

Faktor lainnya adalah semangat pemerintah untuk membaurkan kelas sosial yang ada di Singapura dari segi etnis maupun kelas ekonomi. Maka dalam hal ini banyak warga yang pindah ke permukiman baru (terutama inlanded housing yang dikembangkan oleh HDB Singapura) untuk membaur dengan kelas sosial lainnya. Hal ini juga disebabkan pemerintah ingin menghilangkan sentimen ras dan kelas ekonomi dalam kehidupan sosial.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber :

https://www.academia.edu/10946846/REVITALISASI_CHINATOWN_SEBAGAI_KAWASAN_BERSEJARAH_ETNIS_TIONGHOA_DI_SINGAPURA

 

By Vandi Adi Nugraha

Konservasi Lawang Sewu, Semarang

Konservasi Lawang Sewu, Semarang

Tahapan Revitalisasi Gedung Lawang Sewu tahun 2009 – 2011

Berdasarkan trilogi teknik konservasi tentang :

  1. Pemahaman tentang kaidah dan estetika konservasi (nasional maupun internasional)
  2. Pemahaman tentang factor-faktor intrinsic dan ekstrinsik penyebab kerusakan dan pelapukan bangunan
  3. Perlakukan metode diagnostic dalam melakukan kajian-kajian teknik konservasi

Maka setelah pekerjaan pendataan kerusakan bangunan A dan C, gedung Lawang Sewu direkomendasikan langlah-langkah lanjutan yang seyogyanya dilaksanakan :

  • Tahap I : Melakukan pendatanaan kerusakan bangunan B dan bangunan pendukung lainnya
  • Tahap II : Melakukan Studi Kelayakan Konservasi. Secara strategis diperlukan sebagai pemandu mencapai sasaran akhir sebuah pekerjaan pelestarian. Menyangkut kajian Sejarah Sosial, Budaya, Hukum, Ekonomi dan Pemasaran, Lingkungan, Fungsi Baru (re-use/adaptive use), Arkeologi – Arsitektur (bahan bangunan, struktur bangunan, proses degradasi bahan) serta Studi Teknik Konservasi.
  • Tahap III : Stakeholder Forum dan Sosialisasi. Upaya mewadahi pikiran-pikiran cerdas dan kreatif dalam upaya melestarikan bangunan Lawan Sewu agar menjadi sumber daya budaya yang mampu menumbuhkan pengetahuan dan ekonomi masyarakat.
  • Tahap IV : Melakukan Perencanaan Konservasi (Teknis / Non Teknis), manajemen dan teknis konservasi yang sesuai dengan Studi Kelayakan Konservasi dan Studi Teknis Konservasi serta rumusan stakeholder forum.
  • Tahap V : Tindakan Teknis Konservasi (Teknis / Non Teknis) sebagaimana yang telah ditentukan.
  • Tahap VI : Pasca pelestarian. Sosialisasi lanjutan tentang pemanfaatan bangunan

Gedung Lawang Sewu bagi masyakarat dan petunjuk pengelolaan gedung Lawang Sewu bagi pengelola bangunan. Menyadari bahwa warisan ini pada dasarnya tak terbarukan (non renewable) dan perlahan tapi pasti akan punah, upaya pelestarian menjadikan para pemerhati yang peduli akan nilai dan manfaat warisan budaya berupaya dan berpikir positif bahwa masyarakat membutuhkan pembelajaran dan pembuktian. PT Kereta Api (persero) dalam konteks sisem kebudayaan juga semakin dituntut untuk menjadi pelopor di bidang heritage management, salah satunya adalah melestarikan warisan budaya dilingkungannya sendiri sebagai bentuk upaya memperkokoh jati diri perusahaan sekaligus sebagai bentuk Corporate Social Responsibilitykepada masyarakat.

Hal – hal yang telah dikerjakan :
I. Melakukan inventarisasi benda cagar budaya (bangunan dan non bangunan).
II. Untuk program nangunan ditetapkan pemugaran/perawatan Gedung Lawang Sewu
III. Tahapan yang dilakukan :

  1. Pendataan Kerusakan, bekerjasama dengan Pusat Studi Urban Unit Heritage Universitas Katolik Soegijapranata
  2. Awal Juni 2009 dilakukan uji praktek pekerjaan pemugaran pada beberapa ruangan dipandu oleh Paul Hunter dari New York University
  3. Awal Juni 2009 mengajukan ijin perbaikan / perawatan ke Dinas Tata Kota Pemkot Semarang, dengan menyelesaikan beberapa kewajiban ; a. Pembayaran PBB
    Rekomendasi dari BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Jawa Tengah
  4. Juli 2009 melakukan kerjasama dengan BP3 untuk melakukan studi teknis perbaikan Gedung Lawang Sewu sekaligus untuk memenuhi syarat perijinan.
  5. Telah dilakukan tahap awal perbaikan hall dan lobby Gedung A (bagian atap dan dinding) sebagai uji bahan & uji teknis pengerjaan
  6. September 2009, ijin dari BPPT (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu ) Pemerintah Kota Semarang untuk perbaikan dan perawatan Gedung Lawang Sewu. Sehingga setelah ijin keluar, maka dimulailah perbaikan dan perawatan Gedung Lawang Sewu tahap selanjutnya, melalui Proses Lelang.
  7. Pemanfaatan Gedung Lawang Sewu Zona A akan bekerjasama dengan Departemen Perdagangan Republik INdonesia
  8. Pemanfaatan Gedung Lawang Sewu Zona B akan dikomersialkan
  9. Sistem management Gedung Lawang Sewu akan dikelola secara profesional terkait perawatan gedung, keamanan, promosi dan pemasaran oleh Unit Pelaksana Teknis dan seluruh pendapatan komersial merupakan pendapatan Daerah Operasi 4 Semarang

Rancangan
Denah bangunan mirip hurul L, membentuk halaman dalam (inner courtyard) di belakang bangunan. Di ujung tenggara halaman itu terdapat bangunan percetakan, ruang mesin dan tempat sepeda. Sesuai dengan filosofi NIS, direksi NIS memberi arahan bahwa bangunan itu di satu sisi harus mengesankan kesederhanaan tapi di sisi lain juga harus dirancang dengan baik. Sebagai catatan, filosofi yang sama juga nanti dipakai dalam perancangan stasiun Semarang Tawang. Pengecualian di kantor NIS adalah pada ruang penerima (entrance hall) di sudut bangunan yang sengaja dirancang megah.

Mengacu pada design arsitektur Indies, gedung ini dikelilingi selasar depan dan belakang (voorgalerij dan archtergalerij) untuk melindungi bangunan dari sinar matahari secara langsung. Ditengah-tengah bangunan membujur pula sebuah selasar lagi. Selain sebagai jalur lalu lintas antar ruang, selasar tengah yang bermuara di ruang penerima dan tangga utama juga berfungsi sebagai saluran udara untuk mendinginkan udara di dalam bangunan. Dalam sistem sirkulasi udara gedung ini, ruang penerima berfungsi sebagai cerobong udara untuk menyalurkan udara panas ke luar. Selain sirkulasi udara, curah hujan tropis yang lebar juga mendapat perhatian dari Jakob F Klinkhamer dan BJ Ouendag.

Atap dibuat sedemikian rupa sehingga agar kedap air, sekaligus untuk membuat ruang atap (solder atau attic) tetap dingain. Menjaga ruang di bawah atap tetap kering dan sejuk menjadi penting karena dokumen arsip disimpan di sini. Solusi yang dibuat adalah dengan membuat atap ganda di atas ruang-ruang kantor, sebagai atap dalam, di bawah permukaan atap luar. Ruang di bawah dua bidang atap tersebut terlihat dari luar sebagai deretan bukaan yang ditutup kisi-kisi, diselingi jendela-jendela untuk menerangi ruang di bawah atap.

Aliran udara di ruang di antara kedua bidang atap diperlancar dengan adanya menara-menara ventilasi di puncak atap. Peletakan kamar mandi dan toilet karena pertimbangan kesehatan dibangun agak jauh di belakang, juga mengikuti kebiasaan di masa itu. Kamar mandi dan toilet dilihat sebagai tempat yang selalu lembab sehingga potensial menjadi tempat berkembangnya bibit penyakit sehingga harus dijauhkan dari ruang-ruang lainnya.

 

Proses Pembangunan

Peletakan batu pertama pada 27 Februari 1904 diawali dengan upacara selamatan. Yang pertama kali dibangun adalah rumah penjaga (concierge) dan percetakan, yang digunakan sebagai kantor untuk Direksi NIS selama pembangunan masih berlangsung. Pembangunan gedung utama masih menunggu perbaikan struktur tanah. Jenis tanah di lokasi tersebut setelah ditest ternyata tidak mampu mendukung bangunan sebesar dan seberat itu. Tanah harus diperbaiki dengan menggali sampai 4 meter dan menggantinya dengan lapisan pasir vulkanis. Proses ini tentu saja memakan waktu dan biaya. Pada 1 Juli 1907, kantor NIS ini selesai dibangun. Tanpa upacara peresmian, gedung itu segera dguakan. Selama masa pembangunan, setiap hari dikerahkan sekitar 300 pekerja.

 

SUMBER :

http://indonesianheritagerailway.com/index.php?option=com_content&view=article&id=144%3Arevitalisasi-lawang-sewu&catid=53&Itemid=143&lang=id

http://indonesianheritagerailway.com/index.php?option=com_content&view=article&id=273&Itemid=249&lang=id

http://id.wikipedia.org/wiki/Lawang_Sewu

http://shie-arch.blogspot.co.id/2012/06/konservasi-arsitektur.html

By Vandi Adi Nugraha

KONSERVASI (MASJID LAYUR KAMPUNG MELAYU) SEMARANG

Konservasi secara umum diartikan pelestarian namun demikian dalam khasanah para pakar konservasi ternyata memiliki serangkaian pengertian yang berbeda-beda implikasinya. Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam sebagai berikut :

  1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
  2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial (Randall, 1982).
  3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
  4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).

Salah satu bangunan di Jawa Tengah yang merupakan salah satu bangunan dalam kategori konservasi yaitu :

MASJID LAYUR KAMPUNG MELAYU

 

Masjid Layur merupakan salah satu bangunan kuno berupa masjid tua di kota Semarang ini disebut pula Masjid Menara Kampung Melayu. Lokasi Masjid Layur ini mudah dijangkau, dari Pasar Johar ke arah Kota Lama melalui Kantor Pos Besar jalan Pemuda, sebelum Jembatan Berok belok kiri.

 

Bangunan masjid sendiri tidak bergaya Arab, tetapi memiliki lebih banyak unsur lokal. Lantai bangunan setangkup tersebut dinaikkan dan hanya dapat dicapai dengan tangga yang terdapat pada sisi muka. Walaupun sudah dimakan usia namun masjid ini masih kokoh dan masih digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah. Sampai sekarang masjid ini masih terus dirawat oleh yayasan masjid setempat sebagai upaya pelestarian sejarah dan sebagai masjid tua kebanggaan Kota Semarang. Secara menyeluruh Masjid Layur masih asli seperti pertama kali dibuat, hanya ada sedikit perbaikan seperti penggantian genteng dan penambahan ruang untuk pengelola pada sisi kanan kompleks masjid.

Dinamakan Kampung Melayu karena sudah merupakan tempat hunian pada tahun 1743 yang sebagian besar orang yang mendiami kawasan tersebut adalah orang melayu. Pada masa tersebut di kampung ini terdapat tempat untuk mendarat kapal dan perahu yang membawa barang dagangan. Lokasinya yang sangat strategis mengundang orang untuk berdiam disitu pula. Dicatat bahwa orang-orang dari Arab kemudian menempati kampung tersebut. Pada masa itulah kiranya masjid yang telah ada dikembangkan lagi dan memperoleh pengaruh yang dapat dilihat sekarang. Berpengaruhnya orang Arab di situ diperkuat oleh catatan Liem (1930) yang menyebutkan bahwa usaha pendirian klentengoleh masyarakat Cina yang tidak begitu banyak jumlahnya di kampung tersebut ditentang habis-habisan oleh penduduk keturunan Arab pada tahun 1900. Penambahan menara pada bagian depan masjid menyebabkan masjid juga terkenal dengan nama masjid menara.

 

Sumber :

http://seputarsemarang.com/masjid-layur-kampung-melayu-8321/

http://semarangan.loenpia.net/bangunan-bersejarah/masjid-layur-tempat-ibadah-di-kampung-melayu.htm

By Vandi Adi Nugraha

Konservasi Gedung Merdeka Bandung – Jawa Barat

GEDUNG MERDEKA BANDUNG

Bangunan ini dirancang pada tahun 1926 oleh Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker. Keduanya adalah Guru Besar pada Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandoeng – yang kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung – ITB), dua arsitek Belanda yang terkenal pada masa itu, Gedung ini kental sekali dengan nuansa art deco dan gedung megah ini terlihat dari lantainya yang terbuat dari marmer buatan Italia yang mengkilap, ruangan-ruangan tempat minum-minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout, sedangkan untuk penerangannya dipakai lampu-lampu bias kristal yang tergantung gemerlapan. Gedung ini menempati areal seluas 7.500 m2.. Pada awalnya gedung ini berfungsi sebagai tempat rekreasi dan sosialisasi oleh sekelompok masyarakat Belanda yang berdomisili di kota Bandung dan sekitarnya. Mereka adalah para pegawai perkebunan, perwira, pembesar, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur, terutama malam hari, gedung ini dipenuhi oleh mereka untuk berdansa, menonton pertunjukan kesenian, atau makan malam.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/01/Gedung.Merdeka.jpg

Gambar 1. Gedung Merdeka Th. 1955

Pada masa pendudukan Jepang gedung ini dinamakan Dai Toa Kaman dengan fungsinya sebagai pusat kebudayaan. Pada masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 gedung ini digunakan sebagai markas pemuda Indonesia guna menghadapi tentara Jepang yang pada waktu itu enggan menyerahkan kekuasaannya kepada Indonesia.
Gedung merdeka ini terletak di jalan Jl. Asia Afrika No 65. Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18 sampai dengan 24 April 1955 mencapai kesuksesan besar, baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia. Konferensi ini melahirkan Dasa Sila Bandung yang kemudian menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia dalam perjuangan memperoleh kemerdekaannya dan yang kemudian menjadi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesuksesan konferensi ini tidak hanya tampak pada masa itu, tetapi juga terlihat pada masa sesudahnya, sehingga jiwa dan semangat Konferensi Asia Afrika menjadi salah satu faktor penting yang menentukan jalannya sejarah dunia.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/3c/Conference_Hall_Gedung_Merdeka.jpg
Gambar 3. Ruang Konferensi Di Gedung Merdeka th.2010

Nuansa Arc deco pada gedung KAA
RUANG LINGKUP MUSEUM KAA BANDUNG
 
1. PAMERAN TETAP
Museum Konperensi Asia Afrika memiliki ruang pameran tetap yang memamerkan sejumlah koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto dokumenter peristiwa Pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Selain itu dipamerkan juga foto-foto mengenai :
  • Peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Konferensi Asia Afrika;
  • Dampak Konferensi Asia Afrika bagi dunia internasional;
  • Gedung Merdeka dari masa ke masa;
  • Profil negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika yang dimuat dalam multimedia.
Dalam rangka menyambut kunjungan Delegasi Konferensi Tingkat Tinggi X Gerakan Nonblok tahun 1992 di mana Indonesia terpilih sebagai tempat konferensi tersebut dan menjadi Ketua Gerakan Nonblok, dibuatlah diorama yang menggambarkan situasi pembukaan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Penataan kembali Ruang Pameran Tetap “Sejarah Konperensi Asia Afrika 1955”
Dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika 2005 dan Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia Afrika 1955 pada 22 – 24 April 2005, tata pameran Museum Konperensi Asia Afrika direnovasi atas prakarsa Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr. N. Hassan Wirajuda. Penataan kembali Museum tersebut dilaksanakan atas kerja sama Departemen Luar Negeri dengan Sekretariat Negara dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh Vico Design dan Wika Realty.
Rencana Pembuatan Ruang Pameran Tetap “Sejarah Perjuangan Asia Afrika” dan Ruang Identitas Nasional Negara-negara Asia Afrika (2008)
Departemen Luar Negeri RI mempunyai rencana untuk mengembangkan Museum Konperensi Asia Afrika sebagai simbol kerja sama dua kawasan dan menjadikannya sebagai pusat kajian, pusat arsip, dan pusat dokumentasi. Salah satu upayanya adalah dengan menambah beberapa ruang pameran tetap, yang memamerkan sejumlah foto dan benda tiga dimensi mengenai Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (New Asian African Strategic Partnership/NAASP) serta berbagai materi yang menggambarkan budaya dari masing-masing negara di kedua kawasan tersebut.
Pengembangan museum ini direncanakan terwujud pada April 2008, bertepatan dengan Peringatan tiga tahun Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika.
2. PERPUSTAKAAN
Untuk menunjang kegiatan Museum Konperensi Asia Afrika, pada 1985 Abdullah Kamil (pada waktu itu Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di London) memprakarsai dibuatnya sebuah perpustakaan.
Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku mengenai sejarah, sosial, politik, dan budaya Negara-negara Asia Afrika, dan negara-negara lainnya; dokumen-dokumen mengenai Konferensi Asia Afrika dan konferensi-konferensi lanjutannya; serta majalah dan surat kabar yang bersumber dari sumbangan/hibah dan pembelian.
Bersamaan dengan akan diperluasnya ruang pameran tetap Museum Konperensi Asia Afrika pada April 2008, perpustakaan pun akan dikembangkan sebagai pusat perpustakaan Asia Afrika yang proses pengerjaannya dimulai pada 2007. Perpustakaan ini diharapkan akan menjadi sumber informasi utama mengenai dua kawasan tersebut, yang menyediakan berbagai fasilitas seperti zona wifi, bookshop café, digital library, dan audio visual library.
3. AUDIO VISUAL
Seperti juga perpustakaan, ruang audio visual dibuat pada 1985. Keberadaan ruang ini juga diprakarsai oleh Abdullah Kamil.
Ruangan ini menjadi sarana untuk penayangan film-film dokumenter mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia Afrika dan konferensi-konferensi lanjutannya, serta film-film mengenai kondisi sosial, politik, dan budaya dari negara-negara di kedua kawasan tersebut.
Denah Museum KAA
TAHAP PEMUGARAN
 
Museum KAA diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 24 April 1980, sebagai puncak peringatan 25 tahun KAA. Saat ini Museum KAA berada di bawah Kementerian Luar Negeri, menjadi UPT dari Direktorat Diplomasi Publik. Museum KAA menempati Gedung Merdeka, yang hingga saat ini menjadi milik DPR/MPR, dan berada di bawah pengawasan Sekretariat Negara. Pengelolaan gedung tersebut di bawah Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Museum KAA memamerkan sejumlah koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto dokumenter peristiwa pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Sumber :
By Vandi Adi Nugraha

Konservasi Patung Dirgantara

http://cdn.img.print.kompas.com/getattachment/782c4e86-3761-498d-9735-36c858efe4aaTim Konservasi Cagar Budaya bersama Balai Konservasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta berangkat menuju kediaman seniman patung asal Yogyakarta, Edhi Sunarso, di Desa Jombor, Sleman, Yogyakarta, Jumat (22/8/2014) ini. Edhi adalah desainer Patung Dirgantara atau yang lebih dikenal sebagai Patung Pancoran.

Koordinator Pelaksana Pencucian Patung Pancoran, Budi Kasih, mengatakan, tim menemui Edhi Sunarso (76) karena mengalami kendala dalam proses pembersihan yang dilakukan saat ini.

Sebab, kata dia, konstruksi Patung Pancoran itu dalam kondisi memprihatinkan. Kerusakan dan keropos akibat korosi terlihat pada beberapa bagian patung yang tersebar di antaranya pada bagian kepala, bahu, tangan, syal, dan bagian kaki.

“Karena data minim, kami coba cari tahu desainer aslinya, alhamdulillah tim kami berhasil melacak dan menghubungi pihak keluarganya, katanya dia masih hidup, tapi sudah tua dan lumpuh. Karena itu, saya sama tim berangkat Jumat siang,” kata Budi.

Selain mencari data konstruksi patung, tim yang dipimpinnya pun berencana menggali sejarah dan informasi mengenai awal mula pembangunan, kendala, dan tahap penyelesaian patung yang digagas pembangunannya oleh Presiden pertama RI, Ir Soekarno, pada tahun 1964 itu.

“Kami cari data soal patung Pancoran di Arsip Nasional, Kementerian Kebudayaan, sampai Wikipedia enggak ada semua. Tapi info soal Pak Edhi sendiri justru kami dapat dari beberapa orang kenalan kami. Kami mau tahu cerita soal patung ini, karena tahun produksi dan penyelesaian pembangunannya saja masih simpang siur,” ujarnya.

Tidak hanya itu, lanjutnya, berdasarkan kesaksian pihak keluarga Edhi, diketahui bahwa proses pembayaran pembangunan belum diselesaikan hingga kini. Biaya pembangunan yang mencapai total sebesar Rp 7 juta hanya dibayarkan sebesar Rp 1 juta, sedangkan sisanya menggunakan uang pribadi Edhi.

“Kami mau tahu kebenarannya, kami mau lihat bagaimana kehidupannya, kondisi keluarga, dan keadaan kesehatannya seperti apa. Karena dikabarkan kalau dia (Edhi) lumpuh karena kena stroke, komunikasi cuma dibantu istri sama anaknya,” kata dia. (Dwi Rizki)

Patung Pancoran mulai dibersihkan pada pukul 11.30 WIB, dan hingga saat ini, patung berbahan dasar perunggu tersebut masih dibersihkan dengan tiga orang petugas.
Diketahui, untuk membersihkan banyaknya noda di Patung Pancoran, petugas harus membersihkannya dengan menggunakan 25-30 kilogram jeruk nipis. Ini dikarenakan sari dari jeruk nipis bisa berguna untuk menghilangkan noda pekat di patung tersebut.
Sumber :
By Vandi Adi Nugraha

Kritik Arsitektur

Teater Jakarta

 

 

  1. KRITIK DESKRIPTIF

Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota. Dimana pendekatan deskriptif ini lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jka kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan. Metode deskriptif ini tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekedar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya. Metoda kritik deskriptif memiliki 3 jenis, antara lain:

  1. Depictive criticism (gambaran bangunan)
  2. Biographical criticism (riwayat hidup)
  3. Contextual critisim (peristiwa)

 

Contoh dari kritik arsitektur dengan pendekatan kritik deskriptif metoda depictive criticism (gambaran bangunan), yaitu Dengan menjelaskan secara terstruktur bagian-bagian bangunan yang mampu menggambarkan keseluruhan bangunan Teater Jakarta.

 

Teater Jakarta

Pada awalnya proyek ini bernama Grand Theater di Taman Ismail Marjuki yang akhirnya berubah menjadi Teater Jakarta. Gedung teater ini merupakan kelanjutan dari proyek masterplan yang didesain oleh Raul Renanda bersama Altelier 6 pada tahun 1995. Pelaksaannya baru dimulai pada tahun 1996 dan selesai dapat digunakan pada tahun 2010. Konsep ini gabungan vernacular di Indonesia yang berdasarkan ide dari struktur bangunan Toraja yang juga merupakan konsep bangunan joglo sebagai potongan melintang dari bangunan teater ini. disajikan dalam tatanan modern namun masih mempunyai nafas Indonesia.

Desain Teater Jakarta

Maket Teater Jakarta

Tampak Depan Teater Jakarta

 

Tampak Samping Teater Jakarta

Perspektif Teater Jakarta

Detail Teater Jakarta

Ruang dengan kapasitas 1200 penonton dengan luas panggung 14 – 16 meter (w) dan 7 – 9 meter (h) dapat digunakan untuk berbagai pertunjukan (musik, teater, tari dll). Dilengkapi dengan ruang lobby, 12 ruang rias, ruang latihan serta sistem tata cahaya, tata suara, sistem auditorium dan pendingin ruangan.

Interior Teater Jakarta

 

  1. KRITIK NORMATIF

Hakikat kritik normatif :

 

  • Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
  • Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai
  • Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif.
  • Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.

 

Kritik normatif dibedakan dalam 4 metode, yaitu :

  1. Metoda Doktrin ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
  2. Metoda Sistemik ( suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan)
  3. Metoda Tipikal ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik)
  4. Metoda Terukur ( sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif)

Pembahasan mengenai kritik arsitektur Teater Jakarta untuk metoda kedua ini  adalah dengan pendekatan kritik normatif berdasarkan metoda tipikal. Metoda tipikal adalah suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik.

 

 

TEATER JAKARTA

Teater Jakarta berlokasi di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, tepatnya di Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat. Merupakan teater besar yang mempertunjukan berbagai pertunjukan seni serta galeri seni. Teater Jakarta mampu menampung 1200 orang dengan total luas lantai adalah 40.108m2 dari luas lahan 14.732m2 dan dilengkapi dengan fasilitas fly tower dengan ketinggian sama dengan panggung, yang memungkinkan para kru panggung mengganti latar belakang pertunjukan secara vertikal.

 

 

Pengembangan PKJ TIM itu kemudian mewujud dengan selesainya rencana induk terperinci (masterplan) oleh tim arsitek Atelier 6 pada 1995 atas dukungan penuh Gubernur Kepala DKI Jakarta kala itu, yaitu Surjadi  Soedirdja. Rancangan ini kemudian ditindaklanjuti pada 1996 dengan pemancangan pertama Gedung Teater Besar sebagai realisasi masterplan di bidang fisik. Gedung setinggi 5 lantai ini selesai dibangun tahun 2006, yang artinya membutuhkan tempo 10 tahun untuk menyelesaikannya. Hal tersebut disebabkan pembangunannya sempat terhenti selama 3 tahun, yaitu di tahun 1998, 1999, dan tahun 2005.

Gedung yang diklaim sebagai gedung berskala internasional ini memiliki sebuah ruang inti yang bernama Teater Lirik dengan kapasitas duduk 1.200 penonton dengan panggung proscenium, rear stage, side stage, fly tower, dan orchestra pit. Adapun Teater Studio yang berukuran lebih kecil, yaitu 250 tempat duduk, difungsikan sebagai ruang latihan dan pertunjukan skala kecil. Meskipun kecil, dalam ruang ini dapat diwujudkan 4 alternatif penataan panggung.

Selain dua ruang utama di atas, terdapat ruang-ruang pendukung lain yang menjadikan gedung ini cukup matang disebut sebagai sebuah gedung teater, yakni ruang pameran, studio tari, ruang ganti pemain, gudang properti, kantor pengelola, dan orchestra shell.

Saat ini, setelah hampir genap 6 tahun gedung ini beroperasi, setelah banyak pertunjukan dan ajang yang terwadahi dalam gedung tersebut, beberapa peristiwa, tantangan, dan kendala banyak terjadi menyertainya.

Furniture untuk kursi teater dari Ferco dan Archigrama. Finishing lobby menggunakan marmer Amarillo Triatna, Nero Marquina, Rosso Alicante, White Carara; karpet teater dari Patcraft; panggung, parket ruang latihan dan orchestra pitt oleh Daru-Daru; dance floor Harlequin Reversible; toilet dan daerah servis menggunakan homogenous tile dan keramik dari Essenza. Lantai plaza menggunakan batu andesit.

Material Teater dan Lobby Teater Jakarta

 

Dinding lobi menggunakan marmer Nero Asoluto, Trespa Virtuon warna Copper Yellow, Armourcoat tipe Travertine warna hijau, dan Topakustik tipe plank 28/4 M warna beech. Elemen estetis kayu pada teater studio karya Rita Widagdo.

Plafon pada kantor menggunakan gypsum Knauf. Dinding kaca Asahimas clear dan Panasap hijau. Spider glass menggunakan Sistem Irish dari Fev Italia. Komposit alumunium dari Alpolic warna champagne metallic. Alumunium frame dari YKK AP. Pintu frameless fitting dari Dorma. Bungkus kolom beton precast oleh Dusaspun. Atap TECU Patina dan TECU Zinn dari KME Jerman. Cat rangka baja oleh Jotun.

 

Material Teater Jakarta

 

Fixed dan fitting secara keseluruhan menggunakan saniter TOTO. Elevator dan eskalator dari Sigma Elevator. Bangunan menggunakan genset FG Wilson, chiller Mc Quay, dan sound system TOA Galva.

 

Sumber :

 

By Vandi Adi Nugraha

Peraturan pemerintah Kota Depok tentang IMB dalam hal Arsitektur

Tahun 2006 Nomor 03 Tentang Bangunan Dan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Bab V PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN bag.2 umum Persyaratan Tata Bangunan

Pasal 9

  1. Persyaratan tata bangunan sebagaimana dalam pasal 8 ayat (1) meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan, arsitektur bangunan dan persyaratan pengendalian dampak bangunan.

Paragraf 3. Persyaratan Arsitektur Bangunan

Pasal 23

  1. Persyaratn bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) meliputi persyaratan penampilan bangunan, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan dengan lingkunganny, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai – nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.
  2. Persyaratan penampilan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur dan lingkungannya yang ada disekitarnya. Persyaratan…..
  3. Persyaratan tata ruang dalam bangunan sebagaimana dimaksid pada ayat (1) harus memperhatikan fungsi ruang, arsitektur bangunan, dan keandalan bangunan.
  4. Persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasn bangunan dengan lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
  5. Ketentuan lebih lnjut mengenai penampilan bangunan, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunandengan lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Walikota.

Penjelasan Pasal 23 Ayat (1)

Persyaratan Arsitektur bangunan dimaksudkan untuk mendorong perwujudan kualitas bangunan dan lingkungan yang mampu mencerminkan jati diri dan menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai – nilai luhur bangsa.

Penjelasan Pasal 23 Ayat (2)

Pertimbangan terhadap bentuk dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitar bangunan dimaksudkan untuk lebih menciptakan kualitas lingkungan, seperti melalui harmonisasi nilai dan gaya arsitektur, penggunaan bahan serta warna bangunan.

Pasal (3) (4) (5) sudah jelas…

untuk mengetahui lebih lanjut untuk peraturan pemerintah Kota Depok mengenai IMB silahkan download DISINI

sumber: http://www.depok.go.id/sosialisasi/produk-hukum/31802-2

By Vandi Adi Nugraha

Dasar Hak & Kewajiban berprofesionalisme dalam Arsitektur

Dalam hal berprofesionalisme, setiap para profesional mempunyai aturan dan hak kewajiban masing – masing yang sudah diatur dalam UU, seperti halnya dalam profesi seorang Arsitek, yang di atur dalam pasal 28 yang berlandaskan pada UUD pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Pasal 28
Kewajiban dan Hak Arsitek
(1) Kewajiban dan Tanggung Jawab Arsitek
Dalam melakukan tugas profesi, arsitek mempunyai kewajiban antara lain sebagai berikut.
a. Memberikan keahlian dan kemampuannya sesuai dengan standar kinerja keahlian arsitek bersertifikat.
b. Tunduk pada Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek IAI.
c. Memahami serta menjunjung tinggi hak kekayaan intelektual seperti diuraikan dalam Pasal 31 buku pedoman ini dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta
d. Memenuhi syarat-syarat Kerangka Acuan Kerja (KAK) perancangan yang ditentukan oleh pengguna jasa pada setiap tahap pekerjaan. Apabila ada syarat-syarat yang tidak dapat dipenuhi secara teknis maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka arsitek wajib memberitahu dan menjelaskan kepada pengguna jasa sebelum atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan, supaya dilakukan perubahan atau penyesuaian.
e. Mengindahkan, menguasai, dan menerapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi terlaksananya penyelenggaraan konstruksi.
f. Melakukan tugas koordinasi pekerjaan perancangan dengan ahli, sekelompok ahli, atau konsultan lainnya, baik yang ditunjuk langsung oleh pengguna jasa ataupun oleh arsitek, agar proses perancangan dapat memenuhi sasaran mutu, waktu, dan biaya. Ketidaksempurnaan maupun kesalahan pekerjaan dalam bidang perancangan menjadi tanggung jawab masing-masing ahli atau konsultan bidang yang bersangkutan.
g. Dalam hal Arsitek mendapat penugasan penuh untuk seluruh tahapan, wajib melakukan pengawasan berkala atau pemeriksaan konstruksi, agar konstruksi dilaksanakan sesuai dengan gambar-gambar rancangan, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku.

(2) Hak dan Wewenang Arsitek
Dalam melakukan tugas profesionalnya, maka arsitek berhak dan berwenang:
a. mendapatkan imbalan jasa atas layanan jasa profesional yang telah dikerjakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. mendapatkan imbalan jasa tambahan apabila pengguna jasa melakukan penambahan penugasan atau melakukan permintaan perubahan rancangan atas rancangan yang telah disetujui sebelumnya;
c. menolak segala bentuk penilaian estetika atas hasil karyanya oleh Pengawas Terpadu ataupun oleh Pengguna Jasa;
d. mengembalikan penugasan yang telah diberikan kepadanya karena alasan-alasan:
1. pertimbangan dalam dirinya
2. akibat hal yang di luar kekuasaan kedua belah pihak (force majeure)
3. akibat kelalaian pengguna jasa
Penyelesaian akibat-akibat yang timbul dari pengembalian tugas tersebut diatur dalam Bab 6 tentang Ketentuan Imbalan Jasa.
e. mengajukan perubahan rancangan dan mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk memenuhi persyaratan konstruksi dan segera menginformasikan kepada pengguna jasa atas perubahan tersebut, termasuk perubahan waktu dan biaya yang diakibatkan atas perubahan tersebut yang akan menjadi beban pihak pengguna jasa.
f. dalam pengawasan berkala arsitektur, arsitek mempunyai hak dan wewenang untuk:
1. memerintahkan Pelaksana Konstruksi secara tertulis melalui Pengawas Terpadu untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan persetujuan terlebih dahulu dari pengguna jasa, dengan syarat jumlah biaya pekerjaan tambahan tersebut tidak melebihi biaya yang telah dialokasikan untuk pekerjaan tersebut, dan/atau tidak melebihi biaya yang dialokasikan untuk pekerjaan tidak terduga, dan/atau tidak melebihi 10 % dari biaya konstruksi.
2. menilai pembayaran angsuran tahap pekerjaan konstruksi yang telah diselesaikan dan menjadi hak pelaksana konstruksi, sesuai dengan penilaian besarnya bobot prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan sampai dengan waktu tertentu, yang kemudian direkomendasikan kepada pengguna jasa untuk melaksanakan pembayaran angsuran pekerjaan pelaksanaan konstruksi.

By Vandi Adi Nugraha